Kalau anda mengunjungi Kota Purworejo
belum afdol rasanya jika tidak melihat Bedug Ageng Kyai Bagelen atau Bedug
Ageng Kyai Pendowo. Bedug ini terletak di Masjid Kauman (Agung Darul Muttaqin) jalan
Mayjen Sutoyo sebelah barat Alun-alun Purworejo. Yang menarik dari Bedug
Pendowo ini adalah tahun pembuatannya 1832-1840, yaitu pada masa pemerintahan
Bupati pertama Purworejo Raden Cokronegoro I yang berarti berumur sekitar 170
tahun. Bedug ini seakan memiliki magnet tersendiri, lantaran menjadi
daya tarik kaum muslimin dan muslimah yang datang dari berbagai pelosok daerah
maupun penjuru dunia. Bahkan, wisatawan non muslim pun banyak berdatangan,
untuk melihat langsung keunikannya. Selain mempunyai ukuran sangat istimewa,
Bedug Ageng Kyai Bagelen terbuat dari pangkal kayu jati Pendowo yang berumur
ratusan tahun. Tak heran, bila kayu jati itu pun sampai berminyak. Pangkal kayu jati Pendowo itu
adalah sisa dari bahan tiang utama Masjid Agung dan tiang utama Pendopo Ageng
Kadipaten Purworejo.
Dimensinya sebagai berikut:
panjang = 292 cm
garis tengah depan = 194 cm
garis tengah belakang = 180 cm
keliling bagian depan = 601 cm
keliling bagian belakang = 564 cm
jumlah paku depan = 120 buah
jumlah paku belakang = 98 buah
panjang = 292 cm
garis tengah depan = 194 cm
garis tengah belakang = 180 cm
keliling bagian depan = 601 cm
keliling bagian belakang = 564 cm
jumlah paku depan = 120 buah
jumlah paku belakang = 98 buah
Bedug Ageng Kyai
Bagelen ditabuh hanya pada saat-saat tertentu diantaranya, pada saat
detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus, dan apabila ada
perayaan besar nasional atau menjelang Shalat Idul Fitri dan Idul Qurban. Ini
dilakukan untuk menjaga keutuhan kulit bedug bagian depan, pasalnya kulit
banteng pada masa kini sulit didapat. Diyakini sampai sekarang hanya Bedug
Ageng Kyai Pendowo atau Kyai Bagelen ini sajalah satu-satunya bedug yang
mempunyai ukuran paling besar dibuat dari kayu jati utuh, tanpa ada sambungan
sedikit pun. Bahkan menjadi bedug terbesar di Indonesia, boleh jadi di Asia
Tenggara ataupun di Seluruh Dunia. Menurut KH M Gufron Faqih, salah satu ulama
di Purworejo, belum ada yang dapat menyamai garis tengah Bedug Ageng bagian
depan ini, kecuali pada bedug milik Sri Sultan Hamengkubuwono ke-IX, Sultan
Ngayogyakarta Hadiningrat. Tahun 1997, atas permintaan dari Museum Bait
Al-Quran, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, yang merupakan gagasan
dari mantan ibu negara (almarhumah) R Ayu Hajjah Siti Fatimah Suhartinah
Suharto, meminta Bupati Purworejo yang saat itu dijabat Drs H Gurnito, untuk
membuat duplikat Bedug Ageng Kyai Bagelen. Atas perintah itu, Bupati Purworejo
langsung membentuk tim untuk menangani pembuatan duplikat Bedug Ageng tersebut.
Desain dari Bedug Ageng Kyai Bagelen dibuat persis dengan ukuran yang
sebenarnya dan bentuknya sama persis. Demikian pula tiang-tiang yang ada sesuai
dengan aslinya. Kayu jati yang dipakai untuk badan bedug adalah kayu jati tua
berupa balokbalok dengan ukuran tebal 6 cm, lebar 15 cm, dan panjang 300 cm,
sebanyak 42 batang. Maka, bila Anda belum sempat ke Purworejo melihat bedug
yang asli, boleh jadi ke TMII Anda dapat menyaksikan duplikat Bedug Agung Kyai
Bagelen yang mirip dengan aslinya.
Inspirasi: http://www.purworejokab.go.id