Jumat, 23 Maret 2012

Bedug Terbesar di Indonesia ( Bedug Ageng Kyai Bagelen )

Kalau anda mengunjungi Kota Purworejo belum afdol rasanya jika tidak melihat Bedug Ageng Kyai Bagelen atau Bedug Ageng Kyai Pendowo. Bedug ini terletak di Masjid Kauman (Agung Darul Muttaqin) jalan Mayjen Sutoyo sebelah barat Alun-alun Purworejo. Yang menarik dari Bedug Pendowo ini adalah tahun pembuatannya 1832-1840, yaitu pada masa pemerintahan Bupati pertama Purworejo Raden Cokronegoro I yang berarti berumur sekitar 170 tahun.  Bedug ini seakan  memiliki magnet tersendiri, lantaran menjadi daya tarik kaum muslimin dan muslimah yang datang dari berbagai pelosok daerah maupun penjuru dunia. Bahkan, wisatawan non muslim pun banyak berdatangan, untuk melihat langsung keunikannya. Selain mempunyai ukuran sangat istimewa, Bedug Ageng Kyai Bagelen terbuat dari pangkal kayu jati Pendowo yang berumur ratusan tahun. Tak heran, bila kayu jati itu pun sampai berminyak. Pangkal kayu jati Pendowo itu adalah sisa dari bahan tiang utama Masjid Agung dan tiang utama Pendopo Ageng Kadipaten Purworejo.
Dimensinya sebagai berikut:
panjang = 292 cm
garis tengah depan = 194 cm
garis tengah belakang = 180 cm
keliling bagian depan = 601 cm
keliling bagian belakang = 564 cm
jumlah paku depan = 120 buah
jumlah paku belakang = 98 buah

Bedug Ageng Kyai Bagelen ditabuh hanya pada saat-saat tertentu diantaranya, pada saat detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus, dan apabila ada perayaan besar nasional atau menjelang Shalat Idul Fitri dan Idul Qurban. Ini dilakukan untuk menjaga keutuhan kulit bedug bagian depan, pasalnya kulit banteng pada masa kini sulit didapat. Diyakini sampai sekarang hanya Bedug Ageng Kyai Pendowo atau Kyai Bagelen ini sajalah satu-satunya bedug yang mempunyai ukuran paling besar dibuat dari kayu jati utuh, tanpa ada sambungan sedikit pun. Bahkan menjadi bedug terbesar di Indonesia, boleh jadi di Asia Tenggara ataupun di Seluruh Dunia. Menurut KH M Gufron Faqih, salah satu ulama di Purworejo, belum ada yang dapat menyamai garis tengah Bedug Ageng bagian depan ini, kecuali pada bedug milik Sri Sultan Hamengkubuwono ke-IX, Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat. Tahun 1997, atas permintaan dari Museum Bait Al-Quran, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, yang merupakan gagasan dari mantan ibu negara (almarhumah) R Ayu Hajjah Siti Fatimah Suhartinah Suharto, meminta Bupati Purworejo yang saat itu dijabat Drs H Gurnito, untuk membuat duplikat Bedug Ageng Kyai Bagelen. Atas perintah itu, Bupati Purworejo langsung membentuk tim untuk menangani pembuatan duplikat Bedug Ageng tersebut. Desain dari Bedug Ageng Kyai Bagelen dibuat persis dengan ukuran yang sebenarnya dan bentuknya sama persis. Demikian pula tiang-tiang yang ada sesuai dengan aslinya. Kayu jati yang dipakai untuk badan bedug adalah kayu jati tua berupa balokbalok dengan ukuran tebal 6 cm, lebar 15 cm, dan panjang 300 cm, sebanyak 42 batang. Maka, bila Anda belum sempat ke Purworejo melihat bedug yang asli, boleh jadi ke TMII Anda dapat menyaksikan duplikat Bedug Agung Kyai Bagelen yang mirip dengan aslinya.


Dawet Ireng Khas Butuh


Monggo Monggo ngicip ngicip Dawet Ireng khas Purworejo Jembatan Butuh yang sudah mendunia haha check it out…..
      Dimulai dari sejarahnya, konon dawet ireng ini awal mulanya dipasarkan oleh Mbah Ahmad sekitar tahun 1950 di daerah sebelah timur jembatan Butuh, Purworejo.
Sepertinya memang tak ada bedanya dengan es dawet yang biasanya berwarna hijau. Penyajiannya juga sama, dalam mangkuk dan dilengkapi santan dan gula merah. Pembeda utamanya, dawet ini berwarna ireng atau hitam pekat. Apa yang menjadikannya istimewa? Keunggulannya adalah dawet ini berkasiat sebagai pereda panas dalam serta memperlancar pencernaan. Bahan dasar dawet ini adalah tepung aren dan tepung erot dengan garam yang berfungsi sebagai perasa. Sedangkan warna hitam dawet ini ternyata terbuat dari merang, atau daun padi yang dibakar sampai gosong lalu diambil airnya. Satu hal lagi yang membedakan, jika dawet hijau dibuat dari tepung beras, dawet ireng ini dibuat dari sagu.
       Dalam penyajian, campuran cukup sederhana, yakni menggunakan santan, gula jawa dan dawet sebagai bahan utama. Meski demikian, kesederhanaan yang ada tidak menyebabkan rasa dawet ireng ini kehilangan rasa lezat. Rasanya pas tidak terlalu manis. Begitu juga dengan santan yang tidak terlalu kental terasa segar di mulut. Dawet  ini akan lebih nikmat jika diminum dalam keadaan dingin.

Sudah terasa lezatnya bukaan???@#$%^&* :')

      Dawet ireng kemudian menjadi komoditi utama kuliner Purworejo, sekarang hampir sepajang jalan mulai Purworejo hingga Kebumen tersedia " DAWET IRENG KHAS BUTUH ” demikian poster atau spanduk yang ada disetiap warung yang menjual dawet.


hmmm rasanya yang luar biasa uenak rek…pokoke mak nyuuuussss lah… buktikan sendiri!!
semangkuk diberandol 4000 aja, murah banget ga sech untuk sebuah warisan budaya yang wajib dipertahankan??:D

Inspirasi: http://wisata.kompasiana.com

Jumat, 16 Maret 2012

Lereng Bukit " Geger Menjangan "


Kawasan wisata alam bukit kecil yang satu ini berada di sisi utara kota sekitar 1 Km tepatnya di Kelurahan Trirejo, Kecamatan Loano dengan luas kawasan sekitar 12,75 Ha. serta ketinggian sekitar 125 - 200 mdpl. Bukit kecil ini dikenal dengan nama Geger Menjangan, dari atas puncak Bukit Geger Menjangan kita bisa memandang landscape Kota Purworejo dari ketinggian. Selain itu kawasan ini juga menawarkan beberapa obyek rekreasi diantaranya taman bermainan anak, kolam renang, kolam pemancingan, arena minicross, dan panjat tebing.
Taman bermain anak, kolam renang dan pemancingan terletak di pintu masuk kawasan. Suguhan yang lebih dikhususkan untuk anda kawula muda berupa arena minicross berupa lahan yang cukup luas dengan kontur tanah yang sangat menantang dan arena panjat  tebing dengan kontruksi baja berketinggian 15 m.
Perjalanan dari pintu masuk obyek hingga puncak bukit memang cukup mengasyikan. Anda akan ditantang untuk membuktikan kehandalan tenaga dengan mendaki sejauh 1.800 m menyusuri  jalan setapak. Setelah di puncak bukit ada sebuah bangunan yang berukuran 6 x 10 m, itulah gardu pandang yang sengaja dibuat sebagai tempat istirahat dan untuk menikmati pemandangan alam Purworejo yang cukup luas, dari puncak-puncak Bukit Menoreh di sisi utara, persawahan hijau yang sangat luas sejauh mata memandang, aliran Sungai Bogowonto, hingga birunya laut selatan yang menyajikan garis cakrawala nan indah.


Satu lagi tempat menarik di kawasan Geger Menjangan adalah sebuah makam tua, yakni makam Kyai Imam Puro. Konon dari ceritanya Kyai tersebut merupakan salah satu tokoh yang besar andilnya bagi keberadaan Kota Purworejo, sampai-sampai sejarahnya pernah ditawarkan menjadi tonggak hari jadi Kota Purworejo. Setiap mejelang bulan Ramadhan ribuan orang baik lokal maupun luar daerah melakukan aktivitas ziarah atau orang Purworejo sendiri menyebutnya nyadran.

Inspirasi:http://wisata.kompasiana.com

Kamis, 15 Maret 2012

Pesona Alam Curug Muncar yang Siap Memancar


 



Melancong ke objek wisata sering dilakukan seseorang saat ingin mengobati kejenuhan akibat rutinitas atau kepenatan karena berbagai masalah yang dihadapi tiap hari. Mereka yang ingin mencari kedamaian dan kesejukan biasanya lebih mencari objek wisata alam yang masih asri dan jauh dari kebisingan. Meski untuk itu dibutuhkan usaha yang tidak mudah.
Curug Muncar adalah daya tarik wisata yang terletak 45 Km arah Barat Laut pusat Kota Purworejo. Tepatnya terletak di Desa Kaliwungu Kec. Bruno di kawasan Perhutani. Dengan panorama air terjun setinggi 900m dan pemandangan alam disekelilingya yang masih asri belum tersentuh oleh bermacam-macam teknologi manusia. Oleh karena itu jika Anda menyukai petualangan alam maka Curug Muncar dapat menjadi pilihan yang menarik untuk dikunjungi, apalagi bagi penggemar petualangan tempat ini sangat cocok, sebab untuk menuju lokasi melewati jalur yang menanjak. Disarankan, persiapkan fisik Anda bila ingin berpetualang ke lokasi ini karena lokasi jalur yang menanjak, dikhawatirkan bila fisik Anda lemah tidak dapat sampai ke tujuan. 

Setelah tiba di lokasi Anda akan terasa betapa agungnya Sang Pencipta alam ini. Kesejukan air dan udara akan menyertai Anda sepanjang waktu. Bila Anda ingin mencoba mandi alam, disinilah pilihan yang tepat. Pengunjung yang pernah ke lokasi ini umumnya mengaku puas dapat menikmati keasrian alam sebagai kekayaan bumi nusantara.:D

Inspirasi:  http://www.purworejokab.go.id